Histats

Konsep Dasar Penilaian Tekhnologi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran

Oleh : Muhammad zainudin, Yunan hilmi as shidiqy,

M. Nasrul amin, Husain adi putra

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Evaluasi ialah kepingan integral dari seluruh proses penerapan media pembelajaran. Evaluasi ialah suatu tahap yang mesti dilewati/ dilakukan. Ia ialah proses penentuan kesesuaian pembelajaran dan mencar ilmu (Seel dan Richey, 1994: 138).

Kalau mencar ilmu diartikan sebagai proses interaksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laris pengetahauan (kognitif), ketrampilan (prikomotorik) atau perilaku (afektif) maka mencar ilmu tidak harus dipersyaratkan dengan adanya guru yang mengajar. Interaksi dengan media (sebagai salah satu lingkungan belajar) sanggup menjadi sumber mencar ilmu bagi siapa saja (Sadiman, dkk, 2007:1-3). Dan penilaian atau penilaian media pembelajaran bertujuan untuk melihat apakah penerapan media itu bisa membentuk atau menghipnotis tingkah laris pebelejar atau tidak.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari penilaian ?

2. Apakah yang di penilaian dalam tekhnologi pembelajaran dan media pembelajaran ?

3. Bagaimanakah proses penilaian terhadap tekhnologi pembelajaran dan media pembelajaran ?

4. Bagaimanakah tahap – tahap dalam penilaian ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi

Secara terminologi penilaian pendidikan ialah proses aktivitas untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang sudah ditentukan.dan perjuangan untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan.

Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) menyampaikan bahwa penilaian pendidikan adalah: evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Dari pendapat yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown yang mempersembahkan definisi ihwal Evaluasi pendidikan, maka penilaian pendidikan itu sendiri sanggup diartikan Suatu tindakan atau aktivitas ( yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses ( yang berlangsung dalam rangka ) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan(yaitu segala sesuatu yang bekerjasama dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan).

2. Evaluasi Terhadap Media PembelajaranDan Tekhnologi Pembelajaran

Pertanyaan pokok yang diajukan apabila orang melaksanakan penilaian terhadap media dan tekhnologi pembelajaran ialah apa yang harus dievaluasi? Pertanyaan ini mengharuskan setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penerapan media. Mengevaluasi penerapan media berarti mengkonfrontortir (melihat) kembali antara fungsi dan prinsip dengan hasil yang dicapai dalam pembelajaran.

Dalam melaksanakan penilaian terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang mempunyai gaya mencar ilmu tidak sama. Menurut Michael Gardner (dalam Syukur, 2005: 22) ada tiga gaya mencar ilmu yang dimiliki insan yakni: gaya mencar ilmu visual (belajar dengan cara melihat), gaya mencar ilmu audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya mencar ilmu kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).

melaluiataubersamaini demikian, untuk melaksanakan penilaian terhadap media pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan apabila orang melaksanakan penilaian terhadap media pembelajaran.

1) relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran

2) persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan kiprah pendidik,

3) persesuaian dengan jenis aktivitas yang tercakup dalam pendidikan,

4) menarikdanunik perhatian akseptor didik,

5) maksudnya harus sanggup dipahami oleh akseptor didik,

6) sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan.

7) kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat mencar ilmu yang dirumuskan dalam syllabus

8) keaktualan (tidak ketinggalan zaman),

9) cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan

10) skala dan ukuran

11) bebas dari bias ras, suku, gender, dll.

Secara singkat, Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2007: 175-176) sebut tiga kriteria utama dalam mereviu media pembelajaran (perangkat lunak) yakni kualitas isi dan tujuan, kualitas instruksional, dan kualitas teknis. Kualitas isi dan tujuan berkaitan dengan ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, kesesuaian dengan situasi siswa; Kualitas instruksional berkaitan dengan pemdiberian peluang mencar ilmu dan dan menolongan mencar ilmu kepada siswa, kualitas memotivasi, fleksibilitas instruksional, korelasi dengan agenda pembelajaran lainnya, kualitas sosial interaksi instruksional, kualitas tes dan penilaian, sanggup memdiberi dampak kepada siswa, sanggup memdiberi dampak bagi guru dan pembelajarannya; dan kualitas teknis berkaitan dengan keterbacaan, simpel digunakan, kualitas tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawabanan, kualitas pengelolaan agenda dan kualitas pendokumentasian.

3. Proses Evaluasi Tekhnologi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran

Evaluasi terhadap media (apa saja) dan tekhnologi pembelajaran tidak saja dinilai setelah digunakan tetapi juga perlu dibentuk sebelum digunakan secara luas. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media dan tekhnologi yang dibentuk sanggup mencapai tujuan-tujuan yang sudah diputuskan atau tidak. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat banyak orang yang beranggapan bahwa sekali membuat media dan tekhnologi pasti seratus persen ditanggung baik. Anggapan ini mungkin didasarkan pada hipotetsis bahwa media dan tekhnologi yang dibentuk sanggup mempersembahkan hasil mencar ilmu yang lebih baik. Namun demikian hipotesis tersebut semestinya perlu dibuktikan dengan mengtes kemampuan dan pemahamannya ke samasukan yang dimaksud.

Untuk merealisaikan hal ini ada dua macam bentuk pengujicobaan media yakni penilaian formatif dan sumatif. Pertama, penilaian formatif. Evalusia formatif ialah proses mengumpulkan data ihwal efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajarn (termasuk didalamnya media), tujuannya dalah untuk mencapai tujuan yang sudah diputuskan. Data-data tersebut dimaksud untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan lebih efektif dan lebih efisien. Kedua, penilaian sumatif. Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan perlu dikumpulkan data. Hal itu untuk menentukan apakah media yang dibentuk patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar efektif ibarat yang dilaporkan.

Kegiatan penilaian dalam pengembangan media pembelajaran akan dititikberatkan pada aktivitas penilaian formatif. Adanya komponen penilaian dalam proses pengembangan media pembelajaran membedakan mekanisme emperis ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoretis. Efektivitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak spesialuntuk bersifat teoretis tetapi benar-benar sudah dibuktikan.

4. Tahap –Tahap Evaluasi

Ada tiga tahap penilaian formatif yaitu penilaian satu lawan satu (one to one), penilaian kelompok kecil (small group evaluation), dan penilaian lapangan (field evaluation).

1) Evaluasi Satu lawan Satu (One to One)

Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang sanggup mewakili populasi sasaran dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk mencar ilmu mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang sudah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi sasaran yang bermemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. melaluiataubersamaini kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi sasaran dipertimbangkan.

Prosedur pelaksanaannya ialah sebagai diberikut:

1) Jelaskan kepada siswa bahwa designer sedang merancang suatu media gres dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.

2) Menjelaskan kepada siswa bahwa apabila nanti siswa berbuat salah, hal itu bukanlah lantaran belum sempurnanya siswa, tetapi kekurangsempurnaan media tersebut, sehingga perlu diperbaiki.

3) Diusahakan biar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya ihwal media tersebut.

4) Memdiberikan tes pertama (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan.

5) Menyajikan media dan mencatat lamanya waktu yang dibutuhkan, termasuk siswa untuk menyajikan/mempelajari media tersebut, catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang susah untuk dipahami, apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah yang lain.

6) Memdiberikan tes (posttest) untuk mengukur keberhasilan media tersebut

7) Analisis informasi yang terkumpul

Beberapa informasi yang sanggup diperoleh melalui aktivitas ini antara lain kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian yang tidak jelas, kesalahan dalam menentukan lambang-lambang visual, kurangnya contoh, terlalu banyak atau sedikitnya materi, urutan penyajian yang keliru, pertanyaan atau petunjuk kurang jelas, tujuan tak sesuai dengan materi, dan sebagainya.

Jumlah dua orang untuk aktivitas ini ialah jumlah minimal. Sesudah selesai, sanggup dicobakan kepada beberapa orang siswa yang lain dengan mekanisme yang sama.Selain itu sanggup juga dicobakan kepada hebat bidang studi (content expert). Mereka seringkali mempersembahkan umpan balik (feedback) yang bermanfaa. Atas dasar atau informasi dari kegiatan-kegiatan tersebut balasannya revisi media dilakukan sebelum dicobakan.

2) Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)

Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang sanggup mewakili populasi target. Jumlah 10 ialah jumlah minimal, lantaran kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang sanggup menggambarkan populasi target. Sabaliknya kalau lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaa untuk dianalisis dalam kelompok kecil.

Siswa yang dipilih dalam aktivitas ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, pria dan perempuan, banyak sekali usia dan latar belakang.

Prosedur yang ditempuh ialah sebagai diberikut:

1) Designer bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik (feedback) untuk menyempurnakannya.

2) Memdiberikan tes pertama (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa ihwal topik yang disediakan. Sajikan media atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut.

3) Designer mencatat waktu yang diharapkan dan tiruana bentuk umpan balik (feedback) baik eksklusif maupun tak eksklusif selama penyajian media.

4) Memdiberikan tes (posttest) untuk mengetahui sejauh mana tujuan sanggup dicapai

5) Memdiberikan atau membagikan kuesioner dan meminta siswa untuk mengisinya. Apabila memungkinkan, adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa siswa. Beberapa pertanyan yang perlu didiskusikan antar lain: (a) menarikdanunik tidaknya media tersebut, apa sebabnya, (b) mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, (c) konsistensi tujuan dan meteri program, cukup tidaknya tes dan referensi yang didiberikan. Apabila pertanyan tersebut sudah ditanyakan dalam kuesioner, informasi yang lebih detail dan jauh sanggup dicari lewat diskusi.

6) Menganalisa data yang terkumpul. Atas dasar ini umpan balik tiruana ini, media sanggup dilakukan penyempurnaan.

3) Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)

Evaluasi lapangan ialah tahap simpulan dari penilaian formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Sesudah melalui dua tahap penilaian di atas tentulah media yang dibentuk sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui penilaian lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melaksanakan penilaian lapangan seorang designer menentukan sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan bermacam-macam karakteristik ibarat kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelabuin, usia, kemajuan belajar, dsbnya sesuai dengan karakteristik samasukan.

Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap penilaian terlampau dan terutama untuk penilaian lapangan ialah apa yang disebut “efek halo” (hallo effect). Situasi ibarat ini muncul apabila media dicobakan pada kelompok responden yang salah. Maksudnya kita sanggup membuat agenda film bingkai atau transparansi OHP dan film kepada siswa-siswa yang belum pernah memperoleh hidangan dengan transparansi atau melihat film. Pada situasi ibarat ini, informasi yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang sanggup dipercaya.

Prosedur pelaksanaannya sebagai diberikut:

1) Mula-mula designer menentukan siwa-siwa yang benar-benar mewakili populasi target, kira-kira 30 orang siswa. Usahakan biar mereka mewakili banyak sekali tingkat kemampuan dan ketramnpiulan siswa yang ada. Tes kemampuan pertama (pretest) perlu dilakukan kalau karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi, kalau designer benar-benar mengenal siswa-siswa yang akan digunakan dalam tes kemampuan dan pemahaman, maka tes itu tidak pelu dilakukan.

2) Designer menerangkan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa yang harapkan designer pada simpulan kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengKoreksi bahan-bahan atau media yang didiberikan. Hal itu lantaran siswa beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani mengupayakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa tes kemampuan dan pemahaman menguji kemampuan siswa.

3) Memdiberikan tes pertama untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keteramnpilan siswa terhdap topik yang dimediakan.

4) Menyajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau mencar ilmu mandiri.

5) Designer mencatat tiruana respon yang muncul dari sisiwa selama kajian. Begitu pula, waktu yang diperlukan.

6) Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil mencar ilmu siswa setelah hidangan media tersebut. Hasil tes ini (posttest) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pretest) akan menandakan seberapa efektif dan efisien dari media yang dibuat.

7) Memdiberikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau perilaku siswa terhadap media tersebut dan hidangan yang diterimanya.

8) Designer meringkas dan menganalisis data-data yang sudah diperoleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini mencakup kemampuan pertama, skor test pertama dan tes akhir, waktu yag diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang susah, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan hidangan dan sebagainya.

9) Sesudah `menempuh ketiga tahap ini dapatlah dipastikan kebenaran efektivitas dan efisiensi media yang kita buat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebuah media yang sudah dirancang perlu dilakukan penilaian seperlunya, termasuk media yang dirancang oleh spesialis designer. Sebab sebuah media yang dihasilkan oleh spesialis dalam bidang media tidak secara otomatis bersifat efektif dan efisien untuk memberikan pesan kepada pemakai media (siswa). Kehebatan seorang perancang media tidak spesialuntuk terletak pada keahliannya merancang sebuah mediaa tetapi juga keuletannya melewati tahap-tahap atau proses evaluasi. Dan dalam melewati proses/tahap-tahap penilaian tersebut seorang perancang media pasti bekerjasama dengan orang lain, baik secara pribadi (siswa/ahli lain) maupun kelompok (kecil dan besar).

Melalui proses itulah sebuah media layak digunakan/dipakai kendatipun dalam kurun waktu tertentu, media tersebut masih bisa dievalusi kembali, hal itu tergantung kepada karakyteristik dan latar belakang para pengguna media tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Heinich, R., Molenda, M., Rusel, J.D., Smaldino, S.E ( 2002). Instructional Media and Technology for Learning. Epper Saddle River, NJ: Pearson

Tag : lainnya
0 Komentar untuk "Konsep Dasar Penilaian Tekhnologi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran"

Back To Top