By: DeWi
A. SAHABAT-SAHABAT YANG MENDAPAT JULUKAN “ BENDAHARAWAN HADITS”
Dalam fase ini populer beberapa orang sahabat erat dengan julukan “ bendaharawan hadits “ yakni orang-orang yang riwayatnya lebih dari 1000 hadits. Mereka memperoleh riwayat-riwayatnya yang banyak itu karena:
Pertama, yang paling pertama masuk islam,seperti khulafa’ Rasyidin dan Abdullah ibn mas’ud.Kedua, terus-menerus mendampingi Nabi Saw. Dan besar lengan berkuasa hafalan,sepeti bubuk hurairah. Ketiga, mendapatkan riwayat dari sebagian sahabat erat selain mendengar dari Nabi Saw dan panjang pula umurnya,seperti Anas ibn Malik, walaupun ia masuk islam sehabis Nabi Saw. Menetap di madinah. Keempat, usang menyertai Nabi Saw. Dan mengetahui keadaan-keadaan Nabi Saw.,seperti istri-istri ia Aisyah dan ummu Salamah. Kelima,berusah untuk mencatatnya,seperti Abdullah ibn Amr ibn Ash. Beliau meriwayatkan hadist dalam buku catatanya yang dinamai ash-shadiqah.
Diantara sahabat erat yang menggembangkan periwayatan hadist ialah :
a. Abu Hurairrah. Beliau ini seorang yang aneka macam menghafal hadist dri nabi SAW. Dan bersungguh-sungguh berusaha mengembangkannya dikalangan umat sehabis Umar wafat. Karena itu, Abu Hurairrah menjadi seorang perawi shahaby yang paling banyak meriwayatkan hadist. Menurut keterangan ibnu Al-jauzy dalam talqih fuhumi Ahl- al-Atsar, bahwa hadist yang diriwayatkan oleh Abu hurairah, sejumlah 5.375 buah. Menurut hitungan Al-kirmany 5.364 buah. Dalam musnat Ahmad terdapat 3.848 buah.
b. Aisyah, istri Rasulullah SAW.
c. Anas ibn Malik.
d. Abdullah ibn Abbas.
e. Abdullah ibn Umar.
f. Jabir ibn Abdillah.
g. Abu said Al- Khudry.
h. Ibnu Mas’ud.
i. Abdullah ibn Amr ibn Ash.
Abdullah ibnu abbas sangat bersungguh-sungguh menanyakan hadist kepada para shahabat, kemudian mengembangkannya. Ketika upaya pelmasuan hadist mulai tumbuh, barulah ibnu Abbas menyedkitkan riwayatnya.
Menurut penghitungan para hadist para sahabat erat menghafal hadist yang paling banyak hafalannya sehabis Abuhurairah ialah :
a. Abdullah ibn Umar, sebanyak 2.630 hadist .
b. Anas ibnu Malik, sebanyak 2.276 hadist. Menurut Al-kirmany, sebanyak 2.236 hadist.
c. Aisya, sebanyak 2.210 hadist.
d. Abdullah ibn Abbas, sebanyak 1.660 hadist.
e. Jabir ibn Abdullah, sebanyak 1.540 hadist.
f. Abu said Al-Khudry, sebanyak 1.170 hadist.[1]
B. TOKOH-TOKOH HADITS
Diantara tokoh-tokoh tabi’in yang masyhur dalam bidang riwayat:
a. Madinah: Said (93), Urwah (94), Abu Bakar ibn Abdurrahman ibn al-Harits ibn Hisyam (94) Ubaidullah ibn Abdullah bin Utbah, Salim ibn Abdullah Ibn Umar, Sulaiman ibn Yassar, al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar, Nafi’, az-Zuhri, Abu az-Zinad, Kharijah ibn Zaid, Abu Salamh ibn Abdurrahman ibn Auf.
b. Makkah: Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah, Abu az-Zubair, Muhammad ibn Muslim
c. Kufah: asSya’bi, Ibrahim an-Nakha’iy, Alqamah an-Nakha’iy
d. Bashrah: al-Hasan, Muhammad ibn Sirrin, Qatadah
e. Syam: Umar ibn Abdul Aziz, Qabishah ibn Dzuhaib, Makhul Ka’ab al-Akbar
f. Mesir: Abu al-Khair Martsad ibn Abdullah al-YAziny, Yazid ibn Habib
g. Yaman: Tahus ibn Kiasan al-Yamany, Wahab ibn Munabbih.[2]
C. PUSAT-PUSAT HADITS
Kota-kota yang menjadi sentra hadits ialah:
a. Madinah
Diantara tokoh-tokoh hadits dikota Madinah dalam kalangan sahabat erat ialah Abu Bakar, Umar, Ali (sebelum berpindah ke Kufah), Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Umar, Abu Said al-Khudry dan Zaid ibn Tsabit.
Diantara sarjana-sarjana tabi’in yang mencar ilmu kepada sahabat dekat-teman erat ialah Said bin Zaid, Urwah, Az-Zuhry, Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utbah, Ibn Mas’ud, Salim ibn Abdillah Ibn Umar. Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar, Nafi’, Abu Bakar ibn Abdurrahman ibn al-Harits ibn Hisyam dan Abu Az-Zinad.
b. Makkah
Diantara tokoh hadits Makkah adalah: Mu’adz, kemudian Ibn Abbas. Diantara tabi’in yang mencar ilmu padanya ialah Mujahid, Ikrimah, Atha’ ibn Abi Rabah, Abu Az-Zbair Muhammad ibn Muslim.
c. Kufah
Ulama’ sahabat erat yang mengembangkan hadits di Kufah ialah Ali, Abdullah ibn Mas’ud, Sa’ad ibn Abi Waqash, Said ibn Zaid, Khabab ibn al-Arat, Salman al-Farisy, Hudzaifah ibn Yaman, Ammar ibn Yassir, Abu Musa, al-Baraq, al-Mughirah, al-Nu’aim, Abu ath-Thufail, Abu Juhaifah dan lain-lain.
Abdullah ib Mas’ud ialah pemimpin besar hadits di Kufah. Ulama’ hadits yang mencar ilmu kepadanya ialah Masruq, Ubaidillah, al-Aswad, Syuraih, Ibrahim, Said ibn Jibair, Amir ibn Syurahil, dan asy-Sya’biy.
d. Bashrah
Pimpinan hadits di Bashrah dari golongan sahabat erat ialah Anas ibn Malik, Utbah, Imran bin Husain, Abu Barzah, Ma’qil inbn Yasar, Abu Bakar, Abdurrahman ibn Samurah, Abdullah ibn Syikhir, Jariah ibn Qudamah.
Sarjana-sarjana tabi’in yang mencar ilmu pada mereka antara lain ialah Abu Aliyah, Rafi’ ibn Mihra ar-Riyahy, al-Hasan al-Bishry, Muhammad ibn Sirrin, Abu Sya’tsa’, Jabir ibn Ziyad, Qatadah, Mutarraf ibn Abdullah ibn Syikhkhir, dan Abu BArdah ibn Abu Musa.
e. Syam
Tokoh hadits dari sahabat erat di Syam ini ialah Mu’adz ibn Jabal, Ubadah ibn Shamit, dan Abu Darda’, pada beliau-beliau itulah banyak tabi’in mencar ilmu diantaranya: Abu Idris al-Khaulany, Qabishah ibn Dzuaib, Makhul, Raja’ ibn Haiwah.
f. Mesir
Diantara sahabat erat yang mengembangkan hadits di Mesir ialah Abdullah ibn Amr, Uqbah ibn Amr, Kharijah ibn Hudzaifah, Abdullah ibn Sa’ad, Mahmiyah ibn Juz, Abdullah ibn Harits, Abu Basyrah, Abu Sa’ad al-Khair, Mu’adz ibn Anas al-Juhary. Ada kira-kira 140 orang sahabat erat yang mengembangkan hadits di Mesir.
Diantara tabi’in yang mencar ilmu pada mereka ialah Abu al-Khair Martsad al-Yaziny, dan Yazid ibn Abi Habib.
D. MULAI TIMBUL PEMALSUAN HADITS
Diantara hal yang tumbuh dalam masa ketiga ini ialah muncul orang-orang yang membuat hadits-haduts tiruan. Hal itu terjadi sehabis Ali wafat.
Tahun 40 H ialah batas yang memisahkan antara masa terlepas hadits dari pemalsuan, dengan masa mulai muculnya pemalsuan hadits. Sejak dari timbul fitnah diakhir masa Utsman, umat Islam pecah menjadi beberapa golongan. Pertama, golongan Ali ibn Abi Thalib kemudian dinamakan golongan Syi’ah. Kedua, golongan Khawarij, yang menentang Ali dan Mu’awiyah. Ketiga, golongan Jumhur (golongan pro pemerintah pada masa itu).
Umat Islam terpecah ke dalam golongan-golongan tersebut. Karena didorong kepentingan golongan, mereka berupaya menhadirkan ketarangan (hujjah) untuk mendukung kebedaraan mereka. Maka mereka berupaya membuat hadits-hadits tiruan dan menyebarkannya ke masyarakat.
Mulai ketika itu terdapatlah diantar riwayatriwayat tiu ada yang shahih dan ada yang tiruan. Dan kian hari kian bertambah banyak dan berguaka pula. Mula-mula mereka meniru hadits terkena pribadi-pribadi orang yang mereka agung-agungkan. Yang mula-mula melaksanakan pekerjaan ketika ini ialah golongan Syi’ah sebagaimana yang diakui sendiri oleh Ibn Abu al-Hadid, seorang ulama’ Syi’ah dalam kitabnya Syarh Nahju al-Balaghah, di menulis, “ketahuilah
bahwa asal mula timbul hadits yang menandakan keutamaan pribadi-pribadi ialah dari golongan Syi’ah sendiri. Perbuatan mereka ini ditandingi oleh golongan Sunnah (Jumhur) yang bodoh-bodoh. Mereka juga membuat hadits untuk mengimbangi hadits-hadits yang dibentuk oleh golongan Syi’ah itu.
Maka dengan keterangan ringkas ini nyatalah bahwa kota yang mula-mula mengembangkan hadits-hadits tiruan (maudhu’) ialah Baghdad (Iraq) kawasan kaum Syi’ah berpusat. Imam az-Zuhry berkata “Hadits keluar dari kami sejengkal kemudian kembali kepada kami sebagai pabrik hadits tiruan”.
E. TANDA-TANDA HADITS MAUDHU’ (HADITS PALSU)[3]
tanda-tanda kemaudhu’an hadits, terbagi dua. Pertama, gejala yang diperoleh pada sanad, dan kedua, gejala yang dipe roleh pada matan.
Tanda-tanda pada sanad
a. Perawi itu populer berdua(seorang pendusta) dan haditsnya tidak diriwayatkan oleh orang yang sanggup dipercaya.
b. Pengakuan perawi sendiri.
c. Menurut sejarah mereka mustahil bertemu.
d. Keadaan perawi-perawi sendiri serta adanya dorongan membuat hadits.
Tanda-tanda matan
a. Buruk susunannya dan lafalnya.
b. Rusak maknanya:
1. Karena berlawanan makna hadits dengan soal-soal yang muda dicerna nalar dan tidak sanggup pula kita ta’wilkan
2. Karena berlawanan dengan norma-norma akhlak.
3. Karena berlawanan dengan ilmu kedokteran
4. Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan) yang diputuskan nalar terhadap Allah.
5. Karena menyalahi undang-undang Allah dalam menyebabkan alam.
6. Karena mengandung dongeng-dongeng yang tidak masuk akal.
c. Menyalai keterangan Al- qur’an yang terang:
1. Apabila suatu hadits menyalai sharih Al-qur’an dan tidak sanggup dita’wilkan.
2. Apabila menyalahi sunnah mutawatirah.
d. Menyalai hakikat sejarah yang sudah populer dimasa nabi SAW.
e. Sesuai hadits dengan madzab yang dianut oleh perawi sedang perawi itu pula orang yang sangat fanatic kepada madzab.
f. Menerangkan urusan Al-qur’an yang seharusnya, jikalau ada, dinukilkan oleh orang ramai.
g. Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar, terhadap suatu perbuatan yang sangat kecil.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan pengantar ilmu hadits. Semarang: pustaka Rizqi Putra.
At-Tohan, Mahmud. Taisiru Mushtolah Al-Hadits. Surabaya : Al-Hidayah.Jurnantoro, Totok. 2002. Kamus ilmu hadits. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ichwan, Mohammad Nor. 2007. studi ilmu hadits . Semarang: Rasail Media Group.
0 Komentar untuk "Hadits Dalam Kurun Ketiga"