BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) ialah salah satu dilema kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan sanggup menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak spesialuntuk besar lengan berkuasa secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk teladan makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur remaja keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing elok ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akhir belum sempurnanya hormon insulin baik sewenang-wenang maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibentuk dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akhir belum sempurnanya hormon insulin baik sewenang-wenang maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibentuk dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akhir belum sempurnanya insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol ialah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol ialah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak sanggup bekerja dengan baik, kadar
insulin sanggup normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
insulin sanggup normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi spesialuntuk selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasanpatogenesisnya.GDM mungkin sanggup merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari perempuan penderita GDM bertahan hidup
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai diberikut.
1.2.1 Apa pengertian Diabetes Militus(DM)?
1.2.2 Apa saja type Diabetes Militus?
1.2.3 Apa saja tanda – tanda dan tanda-tanda Diabetes Militus?
1.2.4 Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
1.2.5 Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus?
1.2.6 Bagaimana kekerabatan Diabetes Militus dengan anggota tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dari
penelitian ini ialah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Diabetes Militus
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Militus
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda dan tanda-tanda Diabetes Militus
1.2.4 Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
1.3.5 Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus
1.3.6 Untuk mengetahui kekerabatan Diabetes Militus dengan anggota tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) ialah keadaan hiperglikemi kronik disertai banyak sekali kelainan metabolik akhir gangguan hormonal yang menimbulkan banyak sekali komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemerikisaan dengan mikroskop elektron (Arief Manjoer, 280).
Diabetes mellitus adalam suata keadaan atau kumpulan lantaran adanya jaenteng mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis ialah proses nekrosis yang disebab oleh infeksi.
B. Etiologi
a. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus etiologi yang heterogen, dimana banyak sekali lesi sanggup mengakibatkan insufisiensi insulin tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada dominan diabetes mellitus, faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi diabetes mellitus ialah :
1. Kelainan sel b pankreas, berkisar dari hilangnyaa sel b hingga kegagalan sel b melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fuingsi sel b antara lain biro yang sanggup menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas, sistem ini sanggup dilakukan oleh automunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi. Antipankreatik dan menjadikan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel b oleh virus.
4. Kelainan insulin pada pasien obesitas terjadi gangguan kepekaan jaenteng terhadap insulin akhir kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsif terhadap insulin.
b. Gangren kaki diabetik
Faktor-faktor yang besar lengan berkuasa atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi faktor endogen dan eksogen :
1. Faktor endogen
1) Genetik, metabolik.
2) Angiopati diabetik.
3) Neuropati diabetik.
2. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
Klasifikasi gangren kaki :
Warner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6 tingkatan, yaitu :
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki ibarat “Clow, cailus”.
2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kaki.
3. Derajat II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
4. Derajat III : nanah dalam dengan atau tanpa osteomellitus.
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau belahan distal dengan atau tanpa seillitis.
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 golongan :
1. Kaki diabetik akhir iskemia (KDI).
Disebabkan penurunan aliran darah ketungkai akhir makroangiopati (arteroskeloris) dari pembuluh darah besar, ditungkai terutama didaerah betis.
Gambaran klinis KDI :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
c. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
d. Didapatkan ulkus hingga gangren.
2. Kaki diabetik akhir neuropati (KDN)
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan atonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi klinis ini dijumpai kaki yang kering, hangat, ketiruantan, mati rasa, oedem kaki dengan pulsasi pembuluh darah teraba baik.
C. Patofisiologi
Ø ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Ø Herediter ± 25%. Ø Gangguan pada otot. ¯ Sel b pankreas rusak ¯ Defisiensi insulin berat | |||||||
Penurunan ambilan glukosa ¯ | | Peningkatan cipodisis ¯ | | | Peningkatan katabolisme protein ¯ | ||
![]() ![]() ![]() | Hiperosmolalitas | Peningkatan asam lemah andal | Peningkatan gliserol | Peningkatan asam amino | |||
| | ¯ | | | ¯ | ||
![]() ![]() ![]() | | Peningkatan ketogenesis | Peningkatan ketonuria | Glikoneogenesis ¯ | |||
![]() | | ¯ | | | Vasokulopati | ||
Kehilangan hipotonik | | Ketoasidosis | | | ¯ | ||
¯ | | ¯ | | | Gangguan | ||
Penipisan volume | | Asidosis metabolik | | | penyembuhan ulkus | ||
¯ | | ¯ | | | | ||
Resiko syok hipovolemik | | Nafas kasmaul | | | | ||
| | ¯ | | | | ||
| | Gangguan teladan | | | | ||
| | | nafas | | | | |
| | | | | | | |
| | Kehilangan elektrolit cairan | | | | ||
| | | | | | | |
D. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)
Disebabkan oleh destruksi sel b pulau langerhans akhir proses autoimun atau produksi insulin tidak ada atau sangat kurang, lantaran kerusakan sel b yang luas (90%).
2. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Disebabkan kegagalan relatif sel b dan resistensi insulin. Resistensi insulin diikuti payah sel b kemudian terjadi resistensi insulin.
E. Manifestasi Klinis
Diagnosa Diabetes Mellitus pertamanya dipikirkan dengan adanya tanda-tanda khas berupa poliphagi (banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) lemas dan berat tubuh turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan klien ialah ketiruantan gatal dan impotensi pada pria, serta protatus vulva pada wanita.
F. Gejala Klinis
1. Ketiruantan.
2. Gatal
3. Mata kabur
4. Impotensi pada laki-laki
G. Diagnosis Diabetes Mellitus
1. Ada tanda-tanda klasik
(Poliuri, polidipsi, polipagi), investigasi glukosa darah sewaktu (hasil > 200 mg% = DM).
2. Tidak ada tanda-tanda klasik diabetes mellitus
Periksa tes toleransi glukosa bebas 75 gr glukosa.
Hasil : - Diabetes mellitus : - Puasa ³ 120 mg%
- 2 jam PP >> 200 mg%
Tes toleransi glukosa terganggu.
- Puasa < 120 mg%
2 jam PP 140 – 200 mg%.
H. Komplikasi
1. Akut
a. Koma hipoglikomi
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makroangiopati terkena pembuluh darah besar : pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangipati, terkena pembuluh darah kecil, retinapati diabetik, netropati diabetik.
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi : Spt TBC, gingiutis dan ISK.
e. Kaki diabetik.
I. Pengobatan
a. Diet / perencanaan makan.
b. Obat
c. Latihan
d. Edukasi
e. Cangkok pangkreas
J. Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok resiko tinggu untuk diabetes mellitus yaitu :
1. Kelompok usia remaja renta (74 tahun).
2. Obesitas.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Riwayat keluarga diabetes mellitus.
5. Riwayat kehamilan dengan berat tubuh lahir bayi > 400 gr.
6. Riwayat diabetes mellitus pada kehamilan.
Pemeriksaan penunjang sanggup dilakukan dengan investigasi gula darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa diikuti TTGO standart untuk kelompok istri hasil investigasi penyaenteng (-), perlu investigasi ulang tiap tahun, bagi pasien berusia > 45 tahun tanpa resiko, investigasi penyaenteng sanggup dilakukan tiap 3 tahun.
Teknik investigasi TTGO :
1. Tiap hari sebelum investigasi pasien makan ibarat biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Pemeriksaan GDP.
5. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml kemudian diminum dalam waktu 5 menit, periksa GD 1 jam dan 2 jam setelah beban glukosa.
6. Selama investigasi pasien yang diperiksa tetap istirahat dantidak merokok.
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
1. Aktifitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, susah bergerak atau berjalan.
Tanda : Taki kardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas.
Penurunan kekakuan otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia
Perubahan tekanan darah postural.
Nadi yang menurun atau tidak ada.
Disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan teladan berkemih (Poliuria), nakturia, nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri.
Urine berkabut, busuk busuk.
Abdomen keras, adanya asites.
5. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan.
Mual muntah.
Penurunan berat tubuh lebih dari periode beberapa hari/minggu dan haus.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing / pening.
Sakit kepala, ketiruantan.
Tanda : Disorientasi, mengamuk, letargi, stupor/kuma.
Aktifitas kejang.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tenang/nyeri.
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernafasan
Gejala : Merasa belum sempurnanya oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda : Lapas udara.
Batuk dengan atau tanpa sputum purulen, frekuensi pernafasan.
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaferosis.
Kulit rusak, lesi/ulserasi.
10. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, Diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, penyembuhan yang lambat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan perfusi jaenteng bekerjasama dengan adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan :
Mempertahankan sirkulasi perifer gar tetap normal.
Kriteria hasil :
1) Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler.
2) Warna kulit tidak pucat atau cianosis.
3) Oedema tidak terjadi.
4) Sensorik dan motorik membaik.
Intervensi / Rasional :
1) Ajarkan pasien untuk melaksanakan mobilisasi.
Rasional : melaluiataubersamaini mobilisasi meningkatkan darah.
2) Ajarkan ihwal faktor-faktor yang sanggup meningkatkan aliran darah.
Rasional : Meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3) Ajarkan ihwal modifikasi faktor-faktor resiko berupa ; hindari diet tingi kolesterol, tehnik relaksasi dan penerapan obat vasokontriksi, menghentikan kebiasan merokok.
Rasional : Kolesterol tinggi sanggup mempercepat terjadinya orteroklerosis, merokok dpaat mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi imbas dari stress.
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemdiberian vasokilator investigasi GD secara rutin dan terapi oksigen.
Rasional : Vasodilator : meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaenteng sanggup diperbaiki.
Periksa GD : untuk mengetahui perkembangan dan keadaan pasien.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh bekerjasama dengan intake kuliner yang kurang.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi sanggup terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Berat tubuh dan tinggi tubuh ideal.
2) Pasien mematuhi dietnya.
3) Kadar gula darah dalam batas normal.
4) Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia.
Intervensi / Rasional :
1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui ihwal keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien.
2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang sudah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet sanggup mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia.
3) Timbang berat tubuh setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat tubuh pasien.
4) Identifikasi perubahan teladan makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien sudah melaksanakan acara diet yang diputuskan.
5) Kerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemdiberian insulin dan diet yang diputuskan.
Rasional : Pemdiberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa kedalam jaenteng sehingga gula darah menurun.
3. Perubahan sensori persepsi resiko tinggi terhadap kerusakan sensori bekerjasama dengan ketidakseimbangan glukosa/elektrolit.
Kemungkinan dibukti oleh :
Tidak sanggup diterapkan adanya tanda dan pembuat aktual.
Hasil yang dibutuhkan :
1) Mempertahankan tingkat mental.
2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi / Rasional :
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan absurd ibarat suhu yang meningkat sanggup mempengaruhi fungsi mental.
2) Jadwalkan intervensi kesehatan biar tidak mengganggu waktu istirahat pasien.
Rasional : Memperbaiki daya pikir.
3) Berikan tempat pulas yang lembut.
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kulit.
4) Pantu pasien dan ambulasi atau perubahan posisi.
Rasional : Peningkatan keamanan pasien utamanya ketika rasa keseimbangan sanggup dipengaruhi.
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 16 Oktober 2014
A. DATA DEMOGRAFI

Tempat, tanggal lahir : Halmahera-Maluku Utara, 05 Mei 1947
Pendidikan terakhir : SD.

Agama : Islam

Alamat : Halmahera-Maluku Utara
Alamat kini : Desa Blongsong, Baureno-Bojonegoro.
Orang terdekat yang sanggup dihubungi : Tn. M. Kayat
Hubungan dengan usila : Saudara Ipar
Alamat : Desa Blongsong, Baureno-Bojonegoro
B. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram
![]() |


|

|

|

= Perempuan meninggal
C. DESKRIPSI KEKHUSUSAN
1. Kebiasaan ritual
Pasien rajin melaksanakan sholat 5 waktu.
2. Status kesehatan yang umum selama setahun yang kemudian :
Pasien pernah mengalami Diabetes Mellitus.
3. Status kesehatan yang umum selama lima tahun yang kemudian :
Sehat.
4. Keluhan utama
Pasien merasa kepalanya pusing.
a. Provokatif paliatif
-
b. Quality / Quantity
-
c. Regio
-
d. Severity scale
-
e. Timming
-
f. Alergi (catatan biro reaksi spesifik).
1) Obat-obatan : Pasien tidak pernah megalami alergi obat-obatan.
2) Makanan : Pasien tidak pernah mengalami alergi makanan.
3) Faktor lingkungan : Pasien tidak alergi terhadap ligkungan.
g. Penyakit yang diderita
Pasien mengalami penyakit Diabetes Mellitus.
D. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks – Kazt :
1. Aktivitas
Klien sanggup melaksanakan aktivitasnya sehari-hari tanpa menolongan.
2. Istirahat dan pulas
Klien sanggup pulas ± 8 jamtanpa ada gangguan.
3. Personal hygiene
Klien mandi 2 x/hari, ganti baju 2 x/hari dan keramas 2 x/seminggu.
4. Seksual
Pasien masih memiliki istri, tapi belum dikaruniai anak.
5. Rekreasi
Klien tidak pernah melaksanakan rekreasi.
6. Psikologis
a. Persepsi klien
Klien merasa optimis terus.
b. Konsep diri
Klien menyampaikan bahwa dirinya patut di hargai.
c. Emosi
Pasien jarang marah-marah dan senang tinggal dipanti.
d. Adaptasi
Hubungan klien dengan perawat, karyawan, mahasiswa dan pasien lain baik.
e. Mekanisme pertahanan diri
Apabila pasien merasa jenuh maka beliau berkumpul dengan pasien lain dan menonton televisi.
E. TINJAUAN SISTEM
1. Keadaan umum
Baik.
2. Tingkat kesadaran
Composmentis.
3. Skala koma glasgow
456
4. Tanda-tanda vital
a. TD : 140/90 mmHg.
b. N : 86 x/menit
c. S : 360C
d. RR : 20 x/menit
5. Sistem pernafasan
a. Keluhan
Pasien tidak mencicipi sesak nafas.
b. Irama nafas
Irama nafas pasien teratur.
c. Suara nafas
Vesikuler
d. Terpasang O2
Pasien tidak terpasang O2
Lain-lain : Sistem pernafasan pasien baik, lantaran tidak mengalami gangguan sesak nafas.
6. Sistem kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada
Pasien tidak mengalami nyeri dada.
b. Suara jantung
Suara jantung pasien normal lup-dup
c. CRT
< 3 detik.
d. Bunyi jantung
S1/S2 tunggal.
e. JVP
Vena jugularis bila ditekan tidak ada bendungan.
Lain-lain : Sistem kardio vaskuler pada pasien normal lantaran tidak mengalami gangguan.
7. Sistem persyarafan
a. Keluhan pusing
Pasien mengeluhkan pusing.
b. Pupil
Isokor
c. Reflek pupil
Ada reflek pupil
d. Kaku kuduk
Pasien tidak mengalami kaku kuduk
e. Kelumpuhan
Terdapat kelumpuhan di ekstrimitas atas dan bawah sebelah kiri.
f. Gangguan persepsi sensori
Pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensori.
Lain-lain : ---.
8. Sistem perkemihan
a. Keluhan
Pasien sering kencing / poli uri.
b. Produksi urine
Urine pasien berbau khas
c. Intake cairan
Oral 200 cc/ hari.
Lain-lain : Sistem perkemihan pasien normal dan tidak mengalami gangguan.
9. Sistem pencernaan
a. Mukosa lisan
Lembab
b. Abdomen
Peristaltik 15 x/menit.
c. BAB
1 x/hari, konsisten lunak.
d. Diet padat
-
Lain-lain : Pasien biasa makan 3x/hari dengan sajian yang disediakan oleh panti.
10. Sistem muskoloskeletal dan integumen
a. Pergerakan sendi
Pergerakan sendi normal.
b. Kelainan ekstrimitas
Tidak terdapat kelainan pada ekstrimitas.
c. Kelainan tulang belakang
Tidak ada
d. Fraktur
Tidak ada
e. Traksi/spalk/gips
Tidak ada
f. Kompartemen sindrome
Tidak ada
g. Kulit ikterik
Tidak ada
h. Akral
Hangat
i. Luka
Tidak ada
j. Turgor
Baik-baik
Lain-lain : ----
11. Sistem endokrin
a. Pembemasukan kelenjar tyroid
Tidak ada
b. Pembemasukan kelenjar getah bening
Tidak ada
Lain-lain : Sistem endokrin pasien normal lantaran tidak mengalami gangguan
F. STATUS KOMUNITIF / AFEKTIF / SOSIAL
1. Short Portebh Mental Status Questionare (SPMSI)
Tidak ada kerusakan intelektual sedang.
2. Mini Mental State Exam (MMSE)
Tidak adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
3. Inventaris depresi beck
Normal (tidak ada depresi).
4. APGAR Keluarga
Normal.
G. DATA PENUNJANG
Cek Gula Darah atau GDA (165).
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Dx. Kep 1 : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan intake makanan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi sanggup terpenuhi.
Kriteria : Berat tubuh dan tinggi tubuh ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
INTERVENSI |
Therapy keperawatan : Beri klarifikasi dan info ihwal penyakitnya. |
Health education : - Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang sudah diprogramkan. - Ajurkan klien untuk menimbang berat tubuh setiap seminggu sekali. |
Kolaborasi : Kerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemdiberian insulin dan diet yang diputuskan. |
Observasi monitoring : Observasi tanda-tanda vital dan menimbang berat tubuh setiap minggu. |
2. Dx. Kep 1 : Kurangnya pengetahuan bekerjasama dengan informasi.
Tujuan : Klien sanggup mengetahui ihwal penyakitnya.
Kriteria : Pengetahuan klien bertambah.
INTERVENSI |
Therapy keperawatan : Beri klarifikasi dan info ihwal penyakitnya. |
Health education : - Berikan info yang adekuat dan nyata ihwal apa yang dilakukan. - Bantu klien mengidentifikasi sikap koping yang dipakai pada masa lalu. - Dorong klien untuk ungkapkan perasaannya. |
Kolaborasi : - |
Observasi monitoring : Observasi tanda-tanda vital. |
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl | Jam (WIB) | Diagnosa keperawatan | Perkembangan keperawatan | |
2 | 3 | 4 | 5 | |
1. | Selasa 20-02-‘07 | 08.00 | Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan intake makanan. | S : Pasien menyampaikan malas makan dan muntah ketika makan. O : Pasien spesialuntuk menghabiskan ¼ dari porsi yang disedikan rumah sakit. Pasien tampak lemah. BB : 44 Kg TB : 159 Cm A : Masalah belum teratasi. P : Rencana dilanjutkan. |
2. | Rabu 21-02-‘07 | 08.00 | Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurangnya informasi. | S : Klien selalu bertanya ihwal penyakitnya. O : Klien bertanya apakah penyakitnya sanggup sembuh. A : Masalah belum teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan. |
3. | Kamis 22-02-’07 | 09.00 | Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan intake makanan. | S : Pasien menyampaikan masih malas makan. O : Pasien spesialuntuk menghabiskan ½ dari porsi yang disedikan rumah sakit. Pasien tampak lemah. BB : 44 Kg TB : 159 Cm A : Masalah belum teratasi. P : Rencana dilanjutkan. |
4. | Jum’at 23-02-’07 | 09.00 | Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurangnya informasi. | S : Klien selalu bertanya ihwal penyakitnya. O : Klien bertanya apakah penyakitnya sanggup sembuh. A : Masalah belum teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan. |
5. | Sabtu 24-02-’07 | 08.30 | Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan intake makanan. | S : Pasien menyampaikan makannya sudah bertamab dan tidak malas lagi. O : Pasien spesialuntuk menghabiskan 1 dari porsi yang disedikan rumah sakit. BB : 46 Kg TB : 159 Cm A : Masalah belum teratasi. P : Rencana dihentikan. |
6. | Senin 26-02-’07 | 08.00 | Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurangnya informasi. | S : Klien sudah tidak menanyakan ihwal keadannya. O : Klien sudah mengerti ihwal penyakitnya. A : Masalah teratasi. P : Rencana dihentikan. |
EVALUASI HASIL
Hari/Tgl | Jam (WIB) | Diagnosa keperawatan | Perkembangan keperawatan | |
2 | 3 | 4 | 5 | |
1. | Sabtu 24-02-’07 | 08.30 | Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan intake makanan. | S : Pasien menyampaikan makannya sudah bertambah dan tidak malas lagi. O : Pasien spesialuntuk menghabiskan 1 dari porsi yang disedikan rumah sakit. BB : 46 Kg TB : 159 Cm A : Masalah belum teratasi. P : Rencana dihentikan. |
2. | Senin 26-02-’07 | 08.00 | Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurangnya informasi. | S : Klien sudah tidak menanyakan ihwal keadannya. O : Klien sudah mengerti ihwal penyakitnya. A : Masalah teratasi. P : Rencana dihentikan. |
DAFTAR PUSTAKA
Arief Manjoer, (2001), Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Media Aesculapius, Jakarta.
Doengoes Marilyn, E (1993), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta.
Noer Syaifulah, (1996), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3, FKUI, Jakarta.
INVENTARIS DEPRESI BECK
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : -
Skor | Pernyataan |
A. Kesedihan | |
3 | Saya sangat sedih atau tidak senang dimana tidak sanggup menghadapinya |
2 | Saya gundah atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak sanggup keluar darinya |
1 | Saya merasa sedih |
0 | Saya tidak merasa sedih |
B. Pesimis | |
3 | Saya merasa bahwa masa depan ialah sia-sia dan sesuatu tidak sanggup membaik |
2 | Saya merasa tidak memiliki apa-apa untuk memandang kedepan. |
1 | Saya merasa berkecil hati terkena masa depan. |
0 | Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati ihwal masa depan |
C. Rasa kegagalan | |
3 | Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang renta (suami/istri). |
2 | Bila melihat kehidupan kebelakang tiruana yang sanggup saya lihat spesialuntuk kegagalan. |
1 | Saya merasa sudah gagal melebihi orang pada umumnya. |
0 | Saya tidak merasa gagal. |
D. Ketidakpuasan | |
3 | Saya tidak puas dengan segalanya. |
2 | Saya tidak lagi mendapat kepuasaan dari apapun. |
1 | Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan. |
0 | Saya tidak merasa tidak puas. |
E. Rasa bersalah | |
3 | Rasa merasa seperti sangat buruk atau tidak berharga. |
2 | Saya merasa sangat bersalah. |
1 | Saya merasa buruk/tak berharga sebagai belahan dari waktu yang baik. |
0 | Saya tidak merasa benar-benar bersalah. |
F. Tidak menyukai diri sendiri | |
3 | Saya benci saya sendiri. |
2 | Saya muak dengan diri saya sendiri. |
1 | Saya tidak suka dengan diri saya sendiri. |
0 | Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri. |
G. Membahayakan diri sendiri | |
3 | Saya akan membunuh saya sendiri kalau saya memiliki peluang. |
2 | Saya memiliki planning niscaya ihwal tujuan bunuh diri. |
1 | Saya merasa lebih lebih mati. |
0 | Saya tidak memiliki pikiran-pikiran terkena membahayakan diri aku. |
H. Menarik diri | |
3 | Saya sudah kehilangan tiruana minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada mereka tiruananya. |
2 | Saya sudah kehilangan tiruana minat saya pada orang lain dan memiliki sedikit perasaan pada mereka. |
1 | Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya. |
0 | Saya tidak kehilangan minat pada orang lain. |
I. Kegalauan | |
3 | Saya tidak sanggup membuat keputusan sama sekali. |
2 | Saya memiliki banyak kesusahan dalam membuat keputusan. |
1 | Saya berusaha mengambil keputusan. |
0 | Saya membuat keputusan yang baik. |
J. Perubahan citra diri | |
3 | Saya merasa bahwa buruk atau tampak menjijikan. |
2 | Saya memiliki banyak ada perubahan-perubahan yang permguan dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarikdanunik. |
1 | Saya khawatir bahwa saya tampak renta atau tidak menarikdanunik. |
0 | Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya. |
K. Kesusahan kerja | |
3 | Saya tidak melaksanakan pekerjaan sama sekali. |
2 | Saya sudah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melaksanakan sesuatu. |
1 | Saya memerlukan uapaya komplemen untuk mulai melaksanakan sesuatu. |
0 | Saya sanggup bekerja kira-kira sebaik sebelumnya. |
L. Keletihan | |
3 | Saya sangat lelah untuk melaksanakan sesuatu. |
2 | Saya merasa lelah untuk melaksanakan sesuatu. |
1 | Saya merasa lelah dari yang biasanya. |
0 | Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya. |
M. Anoreksia | |
3 | Saya tidak lagi memiliki nafsu makan sama sekali. |
2 | Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang. |
1 | Nafsu makan saaya tidak sebaik sebelumnya. |
0 | Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya. |
Keterangan :
0-4 = tidak ada depresi.
5-7 = depresi enteng.
8-15 = depresi sedang.
>16 = depresi berat.
Nilai 3 (tidak ada depresi).
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, sanggup ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti contohnya, Obesitas (berat tubuh berlebih),faktor genetis, teladan hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang pulas, dan masih banyak yang lainnya.
4.2 Saran
melaluiataubersamaini dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan Krisis Tyroid ini dibutuhkan mahasiswa untuk lebih sanggup memahami, mengetahui dan mengerti ihwal cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan Diabetes Mellitus.
Tag :
lainnya
0 Komentar untuk "Diabetes Mellitus (Dm)"