Histats

Periodesasi Sejarah Islam

Oleh : Miftahul Khoir, Muhammad Syarifuddin Z.A, Siti Fitrotul Falahah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memahami islam ada beberapa pendekatan yang digunakan. Diantaranya pendekatan historis.

Pendekatan historis atau sejarah ini amat dibutuhka dalam memahami islam, lantaran islam itu sendiri turun dalam keadaan situasi konkrit. Bahkan berkaitan dengan kondisi social atau kemasyarakatan

Dan ruang lingkup sejarah islam itu sanggup dilihat dari segi periodesasinya. Dan ini akan dibahas dalam pembahasan kali ini.

B. Rumusan Masalah

Dari goresan pena diatas kami menunjukkan rumusan problem sebagai diberikut:

1. Apakah pengertian sejarah islam?

2. Ada berapakah periodesasi sejarah islam?

3. Peristiwa apasaja yang terjadi dalam masing-masing sejarah islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Islam

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris disebut history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang ‘Ilmu Tarikh’ ilmu yang mengulas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya insiden tersebut.

Sedangkan berdasarkan pengertian istilah, al-tarikh berarti; ’’sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia’’.

Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); insiden dan insiden yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu Sejarah yakni ’’pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau’’.

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak spesialuntuk dipahami sebagai suatu rekaman insiden masa lampau, tetapi juga budi sehat kritias untuk menemukan kebenaran suatu insiden masa lampau. melaluiataubersamaini demikian unsur penting dalam sejarah yakni adanya objek insiden (who), adanya batas waktu (when), yaitu masa lampau, adanya pelaku (who), yaitu manusia, tempatnya (where), latar belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah.

Dari pengertian demikian kita sanggup menyampaikan bahwa yang dimaksud sejarah Islam yakni peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam banyak sekali aspek.

B. Periodisasi Sejarah Islam

Dikalangan jago sejarah terdapat perbedaan ihwal kapan dimulainya sejarah Islam yang sudah berusia lebih dari empat belas era ini. Di satu pihak menyatakan bahwa sejarah Islam (muslim) dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW. diangkat sebagai Rasul, dan berada di Makkah atau tiga belas tahun sebelum hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itu dimulai semenjak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Atau tepatnya setelah Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah yang sebelumnya berjulukan Yatsrib.

Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan lantaran perbedaan tinjauan ihwal unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit sejarah yakni masyarakat. Masyarakat Muslim sudah ada semenjak Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan seruannya. Malah jumlah mereka sedikit atau banyak tidak menjadi soal. Disamping itu, meskipun mereka belum berdaulat, tetapi sudah terikat dalam satu organisasi yang mempunyai corak tersendiri. Sedangkan pihak kedua melihat bahwa niat sejarah itu yakni Negara, sehingga sejarah Islam mulai dihitung semenjak lahirnya Negara Madinah.

Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada derma periodisasi sejarah (kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal tahun permulaan sejarah Islam pada periode pertama atau biasa disebut periode klasik, dan bahkan ada yang sebut sebagai periode praklasik guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegas dalam periode klasik tersebut.

Hasjimy menyatakan bahwa para jago sejarah kebudayaan sudah membagi sejarah kebudayaan Islam kepada sembilan (9) periode, sesuai dengan perubahan-perubahan politik, ekonomi, dan social dalam masyarakat Islam selama masa-masa itu. Kesembilan periode itu adalah, sebagai diberikut:

1. Masa permulaan Islam, yang dimulai semenjak lahirannya Islam pada tanggal 17 Ramadhan 12 tahun sebelum hijrah hingga tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610 hingga 661 M;

2. Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );

3. Masa Daulah Abbasiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );

4. Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );

5. Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );

6. Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );

7. Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );

8. Masa Daulah Utsmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );

9. Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) hingga pertama era 20.

Dari pendapat tersebut sanggup dipahami bahwa periode sejarah kebudayaan Islam dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, pada tahun 12/13 tahun sebelum hijrah. Hal ini berarti mendukung pendapat pihak pertama sebagaimana uraian terlampau.

Di lain pihak Harun Nasution juga sudah membagi sejarah Islam secara garis besar ke dalam tiga (3) periode besar, yaitu:

a. Periode klasik (650-1250 M);

Periode klasik ialah kemajuan Islam dan dibagi ke dalam dua fase, yaitu pertama: fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M); kedua: fase disintegrasi,

b. periode pertengahan (1250-1800 M);

periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, yaitu; fase kemunduran (1250-1500 M) dan fase ketiga kerajaan besar (1500-1800 M), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan zaman kemunduran (1700-1800 M),

c. periode modern (1800-dan seterusnya).

Sedang periode modern ialah zaman kebangkitan umat Islam.

Dari pendapat tersebut sanggup dipahami periodisasi sejarah Islam dimulai pada tahun (650 M), yang berarti dia tidak memasukkan masa permulaan Islam (sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul) hingga dengan tahun 650 M, sebagai periode Islam. Pada selama masa itu (610-650 M) Nabi Muhammad SAW dan umatnya (para sahabat dekat) sudah banyak berperan membawa perubahan-perubahan besar dikalangan masyarakat, yang seharusnya dimasukkan dalam suatu babakan (periodisasi) sejarah tersendiri.

Karena itu, untuk tidak mengurangi arti pendapat-pendapat sebelumnya dan juga pendapat dari Harun Nasution tersebut, maka ada baiknya periodisasi sejarah Islam secara garis besarnya dibagi ke dalam 4 (empat) periode besar, yaitu:

1. Periode praklasik (610-650 M), yang mencakup 3 (tiga) fase, yaitu: fase pembentukan agama (610-622 M), fase pembentukan Negara (622-632 M), dan fase praekspansi (632-650 M).

2. Periode klasik (650-1230 M), yang mencakup 2 (dua) fase, yaitu: fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M), dan fase disintegrasi (1000-1250 M).

3. Periode pertengahan (1250-1800 M), yang mencakup 2 (dua) fase, yaitu: fase kemunduran (1250-1500 M), dan fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M), dan

4. Periode modern (1800-dan seterusnya), yang ialah zaman kebangkitan Islam

C. Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi Pada Masing-masing Periode Sejarah Islam

  1. Periode Praklasik (610-650 M)

Periode ini sanggup dibagi ke dalam 3 (tiga) fase, yaitu:

a. Fase Pembentukan Agama (610-622 M)

Pada fase ini Nabi Muhammad SAW melaksanakan aktivitas pembentukan keyakinan dan pemantapannya serta pengalaman ibadah di kalangan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dan wahyu-wahyu diberikutnya, kemudian Nabi Muhammad SAW memperkenalkan Islam kepada masyarakatnya di Makkah berdasarkan wahyu tersebut. Dakwah yang dia lakukan melalui tiga tahapan, yaitu: pertama, memperkenalkan Islam secara rahasia, dalam arti terbatas pada keluarga terdekat dan kawan-kawan akrabnya, melalui pendekatan pribadi. Tahap ini dilakukan secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan kejutan dikalangan masyarakat, namun hasilnya cukup memadai,terbukti beberapa keluarga dan mitra terdekatnya berhasil masuk Islam. Kedua dilakukan dengan semi rahasia, dalam arti mengajak keluarganya yang lebih luas dibandingkan pada tahap pertama, terutama keluarga yang bergabung dalam rumpun Bani Abdul Mutholib (Baca QS. As-Syu’ara: 214), Ketiga dilakukan secara terbuka dan terang-terangan dihadapan masyarakat umum dan luas (Baca QS.al-Hijr: 94) pada tahap ini Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya menghadapi oposisi dari banyak sekali pihak, bahkan mendapatkan siksaan berat sebagiannya menimbulkan kematian. Sungguhpun demikian, keyakinan mengikuti Nabi tetap kokoh dan tidak luntur dalam menghadapi oposisi tersebut.

b. Fase Pembentukan Negara (622-632 M)

Sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib (Madinah) dilampaui dengan perjuangan memengaruhi para peziarah Ka’bah di Makkah supaya mereka masuk Islam. Di antara mereka banyak yang berasal dari kabilah Khazraj dan Aus (Yatsrib/Madinah). Ternyata sebagian mereka menyambut baik atas seruan dan usul Nabi Muhammad SAW tersebut, yang pada gilirannya menyatakan diri masuk Islam serta diikuti dengan perjanjian kesetiaan mereka kepada agama Islam dan Nabi Muhammad SAW yang populer dengan ’’Perjanjian Aqabah’’.Beberapa upaya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah, yaitu:

a. Mendirikan Masjid, sebagai tempat ibadah dan berkumpulnya umat Islam, secara gotong-royong;

b. Mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajiin;

c. Membuat perjanjian perteman dekatan (toleransi) antara intern umat Islam dan antara umat beragama; dan

d. Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan social untuk masyarakat baru. Karena itu terbentuklah masyarakat yang disebut Negara kota dengan membuat konstitusi di dunia.

c. Fase Pra-Ekspansi (632-650 M)

Merupakan fase perluasan pertama (penlampauan), yang intinya sanggup dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

a. Fase konsolidasi. Abu Bakar sebagai kholifah Islam pengikut Rasulallah SAW. (632 M) harus menghadapi suku-suku bangsa Arab yang tidak mau lagi tunduk kepada Madinah, mereka menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi SAW. melaluiataubersamaini sendirinya tidak mengikat lagi setelah dia wafat. Selanjutnya mereka mengambil perilaku menentang Abu Bakar ( ingkar kepada pemerintah Islam ) tidak mau membayar dinar lantaran itu Abu Bakar menyelesaikannya dengan perang Riddah (melawan kaum separatis) di bawah komando Khalid bin Walid, dan kemenangan di pihak Abu Bakar ( umat Islam ).

b. Fase pembuka jalan. Dimana setelah selesai perang dalam negeri tersebut (konsolidasi), Abu Bakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin al-Walid memimpin tentara yang diantar ke Irak (wilayah Bizantium) dan sanggup menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Bersama dengan itu ke Suria (Iran) dikirim tentara di bawah pimpinan tiga Jendral: Amr Ibnu ‘Ash, Yazid Ibnu Abi Sofyan dan Syurahbil Ibnu Hasanah, dan ditunjang oleh pasukan Khalid, sehingga sanggup menguasai kota Ajnadin dan Fihl.

c. Fase pemerataan jalan. Dimana usaha-usaha yang dirintis oleh Abu Bakar untuk membuka jalan ekspansi, kemudian dilanjutkan oleh khalifah kedau, Umar bin Khatab (634-664 M). pada zaman Umar inilah gelombang perluasan pertama terjadi kota Damaskus jatuh di tahun 635 M dan setahun kemudian Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, kawasan Suria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. melaluiataubersamaini adanya gelombang perluasan pertama ini (menurut istilah kami fase mediator jalan ekspansi). Maka kekuasaan Islam di bawah Khalifah Umar sudah mencakup selain Semenanjung Arabiah, juga Palestina, Suria, Irak, Persia, dan Mesir.

d. Fase jalan buntu, yaitu pada zaman Usman bin Affan (644-656 M) sebagai khalifah ketiga, dan pada zaman Ali bin Abi Thalib (656-661 M) khalifah keempat. Pada zaman Usman, meskipun Tripoli, Ciprus dan beberapa kawasan lain dikuasai, tetapi gelombang perluasan pertama berhenti hingga disini, lantaran dikalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan menyangkut problem pemerintahaan dan dalam kekacauan yang timbul itu Usman mati terbunuh.

Selanjutnya diganti oleh Ali bin Abi Thalib, tetapi menerima tantangan dari pendukung Usman, terutama Muawiyah Gubernur Damaskus dari Golongan Thalhah dan Zubair di Makkah dan kaum Khawarij dan Ali sebagaimana Usman juga terbunuh.

  1. Periode klasik (650-1250 M)

Periode Klasik ini ialah zaman kemajuan umat Islam. Harun Nasutionsudah membagi periode klasik ini ke dalam dua (2) fase, yaitu:

1. Fase Ekspansi, Integrasi, dan Puncak Kemajuan (650-1000 M)

Periode klasik ini ialah periode kebudayaan dan peradaban Islam yang tertinggi dan mempunyai imbas terhadap tercapainya kemajuan atau peradaban modern di Barat sekarang, sungguhpun tidak dengan secara langsung. Hal ini diakui oleh para orientalis Barat, sebagai diberikut:

a. Christopher Dawson, menyatakan:”Periode kemajuan Islam ini bersamaan masanya dengan era kegagalan di Barat (Eropa).”

b. H. McNeill, menyatakan:”Kebudayaan Nasrani di Eropa di antara tahun 600-1000 M sedang mengalami masa surut yang rendah. Di era XI Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur, dan melalui Spanyol, Sicilia, Perang Salib peradaban itu bertahap di bawa ke Eropa.”

c. Gustave Lebon, menyatakan: “Orang Arablah yang menimbulkan kita mempunyai peradaban, lantaran mereka imam kiita selama enam abad..”

d. Romm Landayu, dari hasil penelitiannya mengambil kesimpulan bahwa “dari orang Islam periode klasik inilah orang Barat berguru berfikir serta adil dan logis, dan berguru lapang dada.

e. Jacques C. Rislar juga menyatakan bahwa “ilmu pengetahuan dan metode Islam amat dalam memengaruhi kebudayaan Barat.”

  1. Fase Disintegrasi (1000-1250 M)

Fase disintegrasi ialah fase di mana pemisahan diri dinasti-dinasti dari kekuasaan pusat, dilanjutkan dengan kudeta antara dinasti-dinasti tersebut untuk menguasai satu sama lain. Misalnya:

a. Dinasti Buwaihi yang menguasai kawasan Persia dikalahkan oleh Saljuk pimpinan Tughril Beg (1076 M).

b. Dinasti Saljuk waktu dipimpin Nizamul Mulk dikalahkan oleh Dinasti Hasysyasin pimpinan Hasan Ibnu Sabah, yang meskipun Dinasti Saljuk masih sempat berdiri, tetapi hasilnya dikalahkan total pada Perang Salib oleh Paus Urban II (1096-1099 M).

  1. Periode Pertengahan (1250-1800 M)

Periode pertengahan ini juga dibagi ke dalam dua (2) fase yaitu:

1. Fase Kemunduran (1250-1500 M)

Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah tampak. Dunia Islam pada zaman ini terbagi dua, yaitu: Bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat, dan Bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan Asia Tengah dengan Iran sebagai Pusat.

2. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1700 M) yang Dimulai dengan Zaman Kemajuan (1500-1700 M), Kemudian Zaman Kemunduran (1700-1800 M). Tiga Kerajaan Besar Tersebut Ialah Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.

Dimasa kemajuaan, ketiga kerajaan besar tersebut mempunyai kerajaan masing-masing, terutama dalam bentuk literature dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih sanggup dilihat di Istambul, di Tibriz, Isfahan, serta kota-kota lain di Iran dan Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak ialah kemajuan di periode klasik.

Sedangkan di zaman kemunduran kerajaan Usmani terpukul di Eropa, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afgam, dan kawasan kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raa India. Kekuatan militer dan kekuatan politik umat Islam menurun umat Islam dalam keadaan kemunduran drastis. Akhirnya Napoleon pada tahun 1798 M. menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam terpentinjatuhnya pusat umat Islam ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam.

  1. Priode Modern (1800 M-dan seterusnya)

Ciri-ciri umat Islam pada periode modern ini yakni keadaan yang berbalik dengan pada periode klasik. Dalam arti, umat Islam pada periode ini sedang menaik sementara Barat sedang dalam mata-mata sedang pada periode modern ini sebaliknya, umat Islam sedang dalam mata-mata sementara Barat sedang mendominasi dunia Islam, dan umat Islam ingin berguru dari Barat tersebut.

BAB III

KESIMPULAN

Sejarah Islam yakni banyak sekali insiden atau insiden yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam banyak sekali aspek. periodisasi sejarah kebudayaan Islam dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, pada tahun 12/13 tahun sebelum hijriyah, periode sejarah kebudayaan Islam sanggup dibagi dalam 9 periode, yaitu:

1. Masa permulaan Islam, yang dimulai semenjak lahirannya Islam pada tanggal 17 Ramadhan 12 tahun sebelum hijrah hingga tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610 hingga 661 M;

2. Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );

3. Masa Daulah Abbsiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );

4. Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );

5. Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );

6. Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );

7. Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );

8. Masa Daulah Usmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );

9. Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) hingga pertama era 20.

Periodisasi sejarah Islam secara garis besarnya sanggup dibagi ke dalam 4 (empat) periode besar, yaitu:

1. Periode praklasik (610-650 M), yang mencakup 3 (tiga) fase, yaitu: fase pembentukan agama (610-622 M), fase pembentukan Negara (622-632 M), dan fase praekspansi (632-650 M).

2. Periode klasik (650-1230 M), yang mencakup 2 (dua) fase, yaitu: fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M), dan fase disintegrasi (1000-1250 M).

3. Periode pertengahan (1250-1800 M), yang mencakup 2 (dua) fase, yaitu: fase kemunduran (1250-1500 M), dan fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M), dan

4. Periode modern (1800-dan seterusnya), yang ialah zaman kebangkitan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. Revisi -11: PT.Raja Grafindo Persada Jakarta Thn. 2007.

Atang Abd.Hakim, Jaih Mubarok, Metodologo Studi Islam, Ed. Revisi -9: PT.Remaja Rosda Karya, Bandung. Mei 2007.

Muhaimin, Abd.Mujib, Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Ed. I cetakan ke-2 PT.Prenada Media, Jakarta, Juli 2007.

Tadjab, Muhaimin, Abd.Mujib, Dimensi-dimensi Studi Islam, cetakan pertama, PT.Karya Abditama, Surabaya, Agustus 1994.

makalahpendidikan11.blogspot.com/search?q=metodologi-penelitian-studi-agama-islam

Tag : lainnya
0 Komentar untuk "Periodesasi Sejarah Islam"

Back To Top