Histats

Istifham, Tamanni Dan Nidaa’

ISTIFHAM,TAMANNI DAN NIDAA’

  1. Pengertian Istifham

Kata istifham ialah bentuk dari kata masdar dari kata استفهام Secar leksikal kata tersebut bermakna meminta pemahaman atau meminta pengertian . Sedangkan berdasarkan istilah adalah:

الاستفهام هو طلب العلم بشئ لم يكن معلوما من قبل وذلك باداة من احدى ادواته

Artinya istifham ialah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu perabot dari beberapa perabotnya .

  1. Adat Istifham Dan Maknanya Yang Hakiki

Adapaun etika istifham beserta maknanya yang hakiki diantaranya ialah sebagai diberikut:

1. Hamzah (أ)

a) Tassawur, yaitu citra wacana mufrad atau jawabanan yang bersifat mufrad . Dalam hal ini hamzah pribadi didiringi dengan hal yang ditanyakan dan umumnya hal yang ditanyakan ini mempunyai bandingan yang disebutkan sehabis lafadz “AM”

misalnya: أعلى مسافرام خالد؟

Dalam teladan tersebut diyakini bahwa kepergian itu dilakukan oleh salah seorang dari mereka berdua. Namun diperlukan ketentuan dari salah satunya. Oleh alasannya ialah itu, harus dikhusukan jawabanannya. Lalu dikatakan “ “ contohnya .

b) Tashdiq yaitu mengatakan terjadi atau tidaknya nisbat antara dua perkara. misalnya: أحضر الامير؟ (Apakah raja itu sudah hadir?)

Dalam kalimat tersebut dibutuhkan klarifikasi wacana tetap dan tidaknya nisbat. Dan dalam hal ini , istifham hamzah dijawaban dnegan “ YA” atau “TIDAK”

misal: أعلى مسافر؟ (Apakah ali pergi?)

Dan bersama hamzah yang bertujuan bertashdiq ini tidak boleh sebut lafadz imbangannya. Sebgaimana teladan dimuka. Apabila sehabis hamzah tashdiq tersebut dan terdapat lafadz “am” maka harus ditentukan sebagai “am munqoti’ah” dan menggunakan makna “bal”( tetapi). Seperti ucapan penyair:

ولست ابالى بعد فقدى مالكا # امواتى ناء ام هو الان واقع

Aku tidak memperdulikan, sehabis saya ditinggal si malik, apakah kematianku masih jauh, tapi kematianku kini datang .

2. Hal ((هل؟ spesialuntuk dipakai untuk menghendaki tashdiq saja artinya untuk mengetahui terjadi atau tidaknya nisbat atau tidak boleh menyebut bandingan masalah yang ditanyakan dengan hal .

misal: هل جاء الامير؟ (apakah raja sudah hadir?)

Untuk menjawaban istifham tersebut ialah dengan perkataan “ YA” atau “TIDAK” ( نعم او لا). Istifham itu ada 2 macam yaitu: Bashitah, kalau untuk menanyakan wujud atau tidaknya sesuatu.

misalnya: هل الانسان الكامل موجود؟ (apakah insan tepat itu ada?)

Murakkabah, kalau untuk menanyakan keberadaaan sesuatu pada sesuatu.
misalnya:
هل النبات حشاس؟ (apakah tumbuh-tumbuhan itu mempunyai kepekaan?)

Sedangkan Istifham hal itu tidak boleh masuk pada :

a. lafadz yang dilampaui naïf, jadi tidak boleh diucapkan.
هل لم يفهم علي؟ (Apakah ali tidak faham?)

b. Fi’il mudhari’ yang mengatakan zaman yang sedang berjalan, jadi tidak boleh diucapkan.

هل تحتقرعليا وهو شجاع؟ (Apakah engkau meremehkan ali, padahal ia pemberani? )

c. Lafadz inna, jadi tidak boleh diucapkan.
هل ان الامير مسافر؟ (Apakah raja itu benar-benar pergi?)

d. Perabot syarat, jadi tidak boleh diucapkan.
هل اذازرتك تكرمنى؟ (Apakah kalau saya mengunjungimu, maka engkau memuliakan aku?)

e. Huruf athaf, jadi tidak boleh diucapkan:

هل فيتقدم او هل ثم يتقد م؟ (Apakah kemudian ia dilampaukan, atau apakah selanjutnya ia dilampaukan?)

f. Isim yang sesudahnya terdapat fi’il, jadi tidak boleh diucapkan: هل بشرامنا واحدا انتبعه؟ (Apakah pada insan dari kita yang spesialuntuk seorang kita mengikutinya?)

3. Man(من) yaitu Untuk menanyakan makhluk yang berilmu .
misalnya: siapa ini ?
من هذا؟

4. Maa (ما ) yaitu untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
misalnya: Berlebihan itu?
مالاسراف؟

5. Mata (متى) yaitu untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang kemudian maupun yang akan hadir. misalnya:
متى يعود المسافرون؟ (Kapankah para musafir itu kembali?)

6. Ayyaana (ايان) yaitu untuk menanyakan keterangan waktu yang akan dating secara khusus, tetapi ialah masa yang mengejutkan dan dikategorikan bersejarah, bukan masa yang lain. misalnya: ؟يسأل أيان يوم القيامة (Ia bertanya, kapankah hari selesai zaman itu terjadi?)

7. Kaifa (كيف) yaitu untuk menanyakan keterangan keadaan .
misalnya:
فكيف اذاجئنا من كل امة بشهيد (Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, apabila kami menhadirkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat.

Dan ibarat ucapan penyair:

وكيف أخاف الفقراواحرم الغنى # ورأى الامير المؤمنين جميل

Dan bagaimanakah saya takut fakir, atau akau terhalang kekayaan sedangkan fatwa amirul mukminin ialah baik.

8. Aina (أين ) yaitu Untuk menayakan keterangan tempat.
misalnya;
أين الطبيب؟ (dimanakah dokter itu?)

9. Anna ( انى) mempunyai 3 makna, bagaimana, darimana, dan kapan.
misalnya:
يا مريم, انى لك هذا؟ (Hai maryam, bagaimankah engkau memperoleh masakan ini?)

زرنى انى شئت (Kunjungilah aku, kapan saja anda menginginkan? )

انى يحيى هذه الله بعد موتها (Bagaimana Allah menghidupkan ini sehabis mati?)

10. Kam ( كم) untuk menanyakan keterangan jumlah.

misal: كم لبثتم؟ (sudah berapa lamakah engkau berada disini?)

11. Ayyun (أي ) untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara salah satu dua hal yang berserikat dalam satu urusan yang meliputinya.

12. misalnya: ؟اى الفرقين خير مقاما (Manakah diantara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik daerah tinggalnya?) Istifham ayyun juga untuk menanyakan wacana masa, tempat, keadaan,bilangan, jumlah, makhluk berakal, makhluk yang tidak berilmu sesuai dengan lafadz yang disandarinya .

  1. Adat Istifham dan maknanya yang ghairu hakiki

Terkadang lafadz-lafadz istifham itu keluar dari maknanya yang asli. Jadi, terkadang kala untuk menanyakan wacana sesuatu tetapi sudah diketahui, namun alasannya ialah tujuan-tujuan yang sanggup dimengerti dari susunan kalimat dan segi penunjukkan maknanya, diantaranya:

1. Amar (Perintah )

misal : (فهل انتم منتهنون ( المائدة: 91) artinya: maka berhentilah engkau ( dari mengerjakan pekerjaan itu)! ( Al maidah: 91)

2. Nahi (Larangan )

misal: (اتخشونهم فالله احق ان تخشوه ( التوبة: 13) Artinya : tidakbolehlah engkau takut kepada mereka, alasannya ialah allahlah yang berhak engkau takuti ( At taubah:13)

3. Taswiyah (untuk mempersamakan )

misalnya: ( التقرة: 6)(سواء عليهم اانذوتهم ام لم تنذرهم لا يؤنون)

sama saja bagi mereka engkau diberi peringatan atau tidak engkau diberi peringatan, mereka juga akan diberiman ( al baqarah: 6)

4. Nafi’( Meniadakan)

contohnya: (هل جزاء الاحسان الا الاحسان ( الرحمن: 6) tidak ada akibat kebaikan kecuali kebaikan juga ( ar rahman: 60).

5. Ingkar

misalnya: (أغير الله تدعون ( الانعام: 4) Apakah engkau menyeru selain Allah?

6. Tasywiiq (untuk merindukan )

contohnya: (هل ادلكم على تجارة تنجيكم من عذاب عليم ( الصف: 100) sukakah engkau saya tunjukkan seuatu perniagaan yang sanggup menyelamatkan engkau dari adzab yang snagat pedih? (ash shaff: 100)

7. Isti’nas ( Untuk sangat senang hati)

contohnya:(وما تلك بيمينك يا موسى ( طه: 16) apakah itu yang ditangan kanan nabi musa? (Thaha: 17)

8. Taqrir ( Menetapkan)

contohnya: (لم نشرح لك صدرك ( الانشراح: 1) bukankah kami sudah melapangkan untukmu dadamu? (Al insyirah: I)

9. Tahwil ( mengejutkan atau mnakjubkan)

misalnya: hari kiamat, apakah ahri selesai zaman itu? Dan tahukah engkau apa hari selesai zaman itu? ( al haaqah: 1-3)

10. Istib’ad ( menganggap jauh)

misalnya: bagaimanakah mereka sanggup mendapatkan peringatan padahal sudah hadir kepada mereka seorang rasul yang memdiberi peringatan? ( ad dukhon: 13)

11. Ta’dhim ( mengagungkan)

contohnya: siapakah yang sanggup memdiberi syafaat disisi Allah tanpa izinnya? ( al baqarah : 255) .

12. Tahqiir ( menghina)

أهذه الذى مدحته كثيرا؟ apakah orang ini yang engkau sanjung sebanyak-banyaknya?

13. Ta’ajub ( merasa kagum)

Mengapa rasul ini memakan masakan dan bejalan dipasar-pasar ( al furqan: 7)

14. Tahakum ( mengejek atau mengolok-olok)

اعقلك يسوغ لك ان تفعل كذا؟ apakah akalmu membolehkan engkau berbuat demikian?

15. Qa’iid ( ancaman)

Apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana tuhanmu berbuat kaum aad?

16. Istibtha’ ( menganggap lambat)

Bilakah hadirnya dukungan Allah. (Al baqarah: 214)

17. Tanbih ala khata’ (meningkatkan terhadap kekliruan )

maukah engkau mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ( al baqarah: 61)

18. Tanbih ala bathil ( meningkatkan terhadap keburukan)

maka apakah engkau sanggup mengakibatkan orang yang tuli sanggup mendengar atau dapatkah engkau memdiberi petunjuk kepada orang yang buta hatinya? (az zukhruf: 40)

19. Tanbih ala dalali thariq ( meningkatkan terhadap sesatnya jalan)

فاين تذهبوت maka kemanakah engkau akan pergi?( at takwiir: 26)

20.taksir (memperbanyak)

صاح هذه قبورنا تملاء الرحد # ب فأين القبور من عهد عاد

Hai kawanku, inilah kubur-kubur kami, yang menemui daerah yang lapang, maka dimanakah kubur-kubur yang lain semenjak masa kaum Aad?

  1. Pengrtian Tamanni

مُستحيلًا أوْ بعيدَ الوقوعِ، كقولِه:

Adapun disebut Tamanni adalah: menuntut terjadinya sesuatu yang diidamkan yang tidak diharap keberhasilannya alasannya ialah tidak mungkin terjadi atau susah tercapai, teladan tidak mungkin terjadi, dalam sya’ir :

أَلاَ ليتَ الشبابَ يَعودُ يومًا = فأُخْبِرُه بما فَعَلَ الْمَشيبُ

Ketahuilah…. Sekiranya masa muda itu kembali suatu hari, maka akan kuceritakan sesuatu yg diperbuat di masa tuanya (alias kepahitan2 dan penyesalan).

وقولِ الْمُعسِرِ:

misal perkataan orang gulung tikar (tamanni yang susah tercapai):

(ليتَ لي أَلْفَ دينارٍ)

Sekiranya saya mempunyai uang seribu dinar

وإذا كان الأمْرُ متوَقَّعَ الحصولِ فإنَّ تَرُقُّبَه يُسَمَّى تَرَجِّيًا، ويُعبَّرُ عنه بـ (عسى) أو(لعلَّ)، نحوُ:

Apabila masalah itu dimungkinkan terjadi, maka penantian keberhasilannya disebut taroji, dan diucapkan dengan kata ASAA atau LA’ALLA contoh:

{لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا}.

Barangkali Allah mengadakan sehabis itu sesuatu hal yang baru

وللتَّمَنِّي أربَعُ أدواتٍ: واحدةٌ أصليَّةٌ، وهيَ (ليتَ)، وثلاثةٌ غيرُ أصليَّةٍ، وهي: (هل)، نحوُ: {فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا}.

Tamanni mempunyai empat Adawat (perangkat/lafazh yg mengatakan tamanni): satu etika sebagai yang orisinil yaitu: LAITA. Dan tiga etika bukan yg orisinil yaitu:

1. HAL

misal: FA HAL LANAA MIN SYUFA’AA FA YASYFA’UU LANAA maka adakah bagi kami pemdiberi syafa’at yang akan memdiberi syafa’at bagi kami

و (لو)، نحوُ: {فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}،

2. LAW

misal: FA LAW ANNA LANAA KARROTAN FA NAKUUNA MINAL-MU’MINIIN maka sekiranya kita sanggup kembali sekali lagi (ke dunia) pasti kami menjadi orang-orang yang diberiman

و(لعلَّ)، نحوُ قولِه: أَسِرْبَ الْقَطَا هلْ منْ يُعِيرُ جَناحَهُ = لَعَلِّي إلى مَنْ قدْ هَوِيْتُ أَطِيرُ

3. LA’ALLA

misal sya’ir: A SIRBAL-QATHAA HAL MAN YU’IIRU JANAAHA HU # LA’ALLIY HAWIITU ATHIIRU. Hai.. sekawanan burung! Adakah kiranya diantara kalian yg sudi meminjamkan akupnya, supaya saya sanggup terbang hingga pada seseorang yg sangat saya cintai .

ولاستعمالِ هذه الأدواتِ في التَّمنِّي يُنْصَبُ المضارعُ الواقعُ في جوابِها.

Penggunaan adawat ini (tiga etika yg tidak asli) di dalam tamanni yaitu dinashabkannya fi’il mudhari yang jatuh sebagai jawabannya. (demikian juga LA’ALLA berdasarkan ulama bashrah. Sedangkan berdasarkan ulama kufah nashabnya fi’il mudhari’ tsb tidaklah menjadi dalil atas tamanni, alasannya ialah mereka juga membolehkan nashabnya fi’il mudhari pada tanggapan taroji).

  1. Pengertian Nidaa’

Pengertian nidaa’ manyapa dengan dipertamai aksara nidaa’

Ø Huruf-huruf ada 8 : hamzah,aiy,aa,aay,ayaa,hayaa dan waa

Ø Hamza dan aiy untuk nidaa’ erat dan selain dua ini mengambarkan jauh.

Ø Kadang juga kita sanggup menggunakan hamzah dan aiy untuk seorang yang jauh , sebagai isyara erat dihati

Ø Kadang juga sebaliknya ibarat conto yang muliah!

Nidaa’ sanggup juga tidak dimaknai, makna aslinya:

Tag : lainnya
0 Komentar untuk "Istifham, Tamanni Dan Nidaa’"

Back To Top